Beranda | Artikel
Meraih Keutamaan Saf Pertama
Minggu, 13 November 2022

Saudaraku, apakah yang menyebabkanmu lalai dari mendapatkan saf pertama dalam salat berjemaah?

Kita mungkin sudah mendengar banyak hal terkait dengan keutamaan salat berjemaah. Kita pun insya Allah terus berupaya untuk melaksanakan salat wajib kita secara berjemaah di masjid dengan semampu kita. Akan tetapi, apakah kita pernah mendengar betapa keutamaan saf pertama itu sangatlah besar?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَوْ يعْلمُ النَّاسُ مَا في النِّداءِ والصَّفِّ الأَولِ. ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يسْتَهِموا علَيهِ لاسْتهموا علَيْهِ، ولوْ يعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِير لاسْتبَقوا إَليْهِ، ولَوْ يعْلَمُون مَا فِي العَتَمَةِ والصُّبْحِ لأتوهمُا ولَوْ حبوًا متفقٌ عليه

“Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam azan dan saf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya, maka niscaya mereka akan berundi. Jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid, maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya. Jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam salat Isya dan salat Subuh, maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya walau dalam keadaan merangkak.” [1]

Syekh Abdurrahman bin Fahd Al-Wad’an Ad-Dusiriy menjelaskan 3 (tiga) faedah utama dari hadis ini, antara lain:

Baca Juga: Hukum Shaf Shalat Pria yang Sejajar dengan Shaf Wanita

Pertama: Saf pertama adalah yang paling afdal

Dianjurkan bagi seorang muslim untuk berupaya agar senantiasa mendapatkan saf pertama di setiap salat berjemaah. Dan tidak dianjurkan bagi orang yang datang di awal waktu ke masjid, namun dengan sengaja terlambat untuk mengejar saf pertama kecuali dengan uzur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

تقدموا فأتموا بي، وليأتم بكم من بعدكم، ولا يزال قومٌ يتأخرون حتى يؤخرهم الله

“Kalian majulah, dan berimamlah denganku, dan hendaklah orang sesudah kalian berimam kepada kalian. Jika suatu kaum membiasakan diri melambat-lambatkan salatnya, maka Allah juga melambatkan (dalam memasukkannya ke surga, atau melambatkan diri untuk mengentaskannya dari neraka).” (HR. Muslim) [2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

من جاء أول الناس وصف في غير الأول، فقد خالف الشريعة

“Barangsiapa yang lebih dahulu datang dari orang lain (dalam rangka salat berjemaah di masjid -pen.) kemudian berdiri bukan di saf pertama, maka ia telah menyelisihi syariat.” [3]

Orang yang meninggalkan saf pertama telah mengharamkan dirinya dari kebaikan yang melimpah.

Al-Mutanabbi berkata,

ولم أرَ في عيوبِ الناسِ شيئًا ♦♦♦ كنقص القادرين على التمامِ

“Aku tidak pernah melihat kekurangan atau aib pada manusia,  kecuali orang  yang mampu untuk berbuat lebih besar, namun dia tidak melakukannya dan menyerah pada keadaan.”[4]

Kedua: Menyegerakan diri menuju masjid

Maksud dari “التَّهْجِير”, yaitu menyegerakan diri untuk berangkat menuju masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan kita untuk bersegera menuju masjid karena terdapat keutamaan agung yang terkandung di dalamnya, seperti: mendapatkan saf pertama, melaksanakan salat di awal waktu, mengerjakan salat-salat sunah, membaca Al-Qur’an, memperoleh istigfar malaikat, serta melaksanakan salat (sunah) sembari menunggu waktu salat (wajib), dan sebagainya.

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

“Para malaikat yang memikul ‘Arsy dan di sekitarnya bertasbih memuji Tuhan mereka dan beriman kepadaNya, serta memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman seraya berkata, ‘Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesuatu. Ampunilah orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan-Mu. Peliharalah mereka dari azab neraka”. (QS. Ghafir: 7)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ أحدَكم إذا دخلَ المسجدَ كانَ في صلاةٍ ما كانتِ الصَّلاةُ تحبِسُهُ والملائِكةُ يصلُّونَ على أحدِكُم ما دامَ في مجلسِهِ الَّذي صلَّى فيهِ يقولونَ اللَّهُمَّ اغفِر لَهُ اللَّهُمَّ ارحَمهُ اللَّهُمَّ تب عليهِ ما لم يُحدِثْ فيهِ ما لم يؤذِ فيهِ

“Sungguh, jika salah seorang dari kalian masuk masjid, ia akan tetap dalam hitungan salat selama salatlah yang menahannya. Dan para malaikat tetap mendoakan salah seorang di antara kalian selama ia berada di dalam majelisnya (tempat ia salat). Mereka berdoa, ‘Ya Allah ampunilah ia, ya Allah rahmatilah ia, ya Allah terimalah tobatnya.’ Hal ini akan tetap berlangsung selama ia belum berhadats dan tidak menyakiti.” [5]

Baca Juga: Hukum Menyentuh Mushaf Tanpa Berwudhu

Ketiga: Kewajiban untuk melaksanakan salat-salat (lima waktu) secara berjemaah, khususnya salat Isya dan Subuh

Perhatian terhadap dua waktu salat tersebut merupakan tanda keimanan yang hakiki dan terhindar dari sifat munafik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن أثقل صلاة على المنافقين صلاة العشاء وصلاة الفجر، ولو يعلمون ما فيهما لأتوهما ولو حبوًا

“Sesungguhnya salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat Isya dan salat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” [6]

Allah Ta’ala telah menyiapkan bagi hamba-Nya yang menjaganya (keistiqomahan salat berjemaah Isya dan Subuh-pen.) keutamaan yang besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kalimat “ولو يعلمون ما فيهما” (Andai mereka (umatku) mengetahui apa yang ada pada keduanya (salat Isya dan Subuh)), yaitu: pahala. Sedangkan kalimat لأتوهما ولو حبوًا (niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak) merupakan dalil atas keutamaan agung yang akan diberikan oleh Allah Ta’ala kepada mereka yang senantiasa menjaga dua waktu salat tersebut secara berjemaah.

Dengan kata lain, kalimat tersebut juga mengandung makna: Laksanakan dua salat ini secara berjemaah di masjid, meskipun dengan keadaan sakit lumpuh tidak dapat berjalan. Hal ini tidak lain adalah sebagai bentuk keagungan dan kemuliaan dua salat tersebut di hadapan Allah Ta’ala. Namun demikian, masih saja banyak manusia yang enggan melaksanakan salat Subuh secara berjemaah padahal keutamaannya sangat besar. Pastikan dirimu bukan bagian dari mereka.

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk senantiasa menjaga keistikamahan dalam memperoleh saf pertama dalam setiap salat berjemaah di masjid, serta memperoleh keutamaan dan keagungannya. Allahumma aamiin

Wallahu a’lam bishshawab

Baca Juga:

***

Penulis: Fauzan Hidayat


Artikel asli: https://muslim.or.id/80226-meraih-keutamaan-shaf-pertama.html